Variasi Sosial
Berdasarkan Pendidikan, Pekerjaan, Religi, dan Pranata Sosial
By: Ulul Azmi
Dalam masyarakat, seseorang tidak lagi dipandang sebagai
individu yang terpisah dengan yang lain. Melainkan anggota dari kelompok
sosialnnya. Oleh sebab itu, bahasa dan pemakainan bahasanya tidak diamati
secara individual, tetapi selalu dihubungkan dengan kegiatannya didalam masyarakat. Dengan kata lain, bahasa tidak
saja dipandang sebagai gejala individual, tetapi merupakan gejala sosial.
Sebagai gejala sosial, bahasa dan pemakaian bahasa tidak
hanya ditentukan oleh faktor linguisyik, tetapi juga oleh faktor nonlinguistik,
yaitu faktor sosial dan faktor situational. Adapun faktor-faktor sosial dan
faktor-faktor situasional yang mempengaruhi pemakaian bahasa, maka timbullah
variasi bahasa. Variasi bahasa yaitu bentuk-bentuk bagian atau varian dalam
bahasa yang masing-masing memiliki pola-pola yang menyerupai pola umum bahasa
induknya. Adapun wujud variasi bahasa itu dapat ditinjau dari bermacam-macam
segi, antara lain: segi penutur, segi pemakaian, segi keformalan, dan segi
sarana. Dalam hal ini, variasi sosial yang mempengaruhi variasi bahasa yang
akan dibahas adalah dari segi pendidikan, pekerjaan, religi, dan pranata
sosial.
1.
Pendidikan
Varisai sosial pengguna bahasa dapat ditinjau dari status
sosial pendidikan yang mana merupakan salah satu bentuk dari status sosial yang
keberadaannya terlihat jelas di masyarakat. Chaer & Agustina (2010:65) mengungkapkan
bahwa perbedaan variasi bahasa berdasarkan pendidikan bukan hanya terlihat pada
isi pembicaraan melainkan juga kosakata, pelafalan, morfologi, dan
sintaksisnya.
2.
Pekerjaan
Variasi bahasa berdasarkan profesi adalah variasi bahasa
yang terkait dengan jenis profesi, pekerjaan dan tugas para pengguna bahasa
tersebut. Tiap-tiap pekerjaan memiliki registernya masing-masing. Wardaugh (2006)
mendeskripsikan register sebagai sebagia suatu set ‘language items’ yang
berhubungan secara khusus dengan kelompok sosial atau kelompok pekerjaan (occupational)
tertentu.
3.
Religi
Sejarah masuknya agama sebagai salah satu faktor penting dalam
variasi bahasa dimulai Haugen dan Fishman, William Stewart dan Charles Ferguson
antara tahun 60-80an dimana hasil penelitian mereka membeberkan hubungan antara agama dan
bahasa. Stewart (1968: 541 dalam Darquennes dan Vandenbussche, 2011)
bahkan menyusun daftar fungsi bahasa religious sebagai salah satu dari 10
fungsi bahasa. Salah
satu karya yang menjadi kerangka hubungan bahasa dan agama adalah Concise
encyclopedia of language and religion (2001 dalam Darquennes dan
Vandenbussche, 2011) yang diedit oleh Swayer dan Simpson. Ensiklopedia ini
terdiri dari 6 bagian pokok:
a.
Bahasa dalam konteks
agama tertentu
Bagian
ini terfokus pada fungsi bahasa dalam agama (agama tradisional Afrika, agama
suku Aborigin Australia, Kristen, Buddha, Confucianisme, Islam, Judaisme,
Quakerisme, Sikhisme, dll.
b.
Tulisan dan terjemahan
yang disakralkan
Fokus
bagian ini adalah pada teks sakral seperti Qur’an, Injil, Talmud, terjemahan
teks-teks sakral tersebut serta temuan-temuan arkeologis yang berbentuk
tulisan.
c.
Bahasa dan naskah
religius
Bagian
ini berkenaan dengan peran bahasa ternntu dalam memunculkan variasi dalam
bahasa religi (Bahasa Latin Gereja, Bahasa Slavonic Gereja, Bahasa Yahudi
Aramaic, Panjabi, dll.)
d.
Penggunaan
bahasa-bahasa khusus
Bagian
ini mencakup bahasa dalam konteks konteks tertentu seperti dzikir, pemujaan,
mantra, glossolalia, meditasi, dll, juga dalam keseharian seperti menyebut
pujian atau mengumpat.
e.
Keyakinan tentang
bahasa
Bagian
ini mencakup pembahasan filosofis dari bahasa religi dalam agama. Bagian ini
juga membahas kepercayaan tentang kekuatan yang ada dalam nama-nama atau
kata-kata tertentu.
f.
Agama dan penelitian
bahasa
Bagian
ini merangkum artikel-artikel yang berkenaan dengan kontribusi para peneliti
yang memfokuskan kajiannya pada bahasa dalam konteks agama.
4.
Pranata
sosial
Pranata sosial merupakan sistem norma dalam masyarakat
yang bersifat resmi untuk mengatur tingkah laku guna memenuhi kebutuhan hidup.
Pandangan yang berhubungan dengan variasi bahas dalam pranata sosial yaitu
Hipotesis Sapir-Whorf. Hipotesis ini (melalui Cahyono, 1995:417) menyatakn
bahwa penutur bahasa menggolongkan dunia menurut batasan yang telah digariskna
oleh bahasa asli ynag dimilikinya. Namun, hipotesis ini tidak dapat diterima
sepenuhnya karena ada banyak faktor yang harus dilihat pada pengguna bahasa.
Faktor tersebut adalah lingkungan fisik, lingkungan sosial, lapisan masyarakat
dan kasta, dan nilai-nilai sosial yang berpengaruh pada bahasa masyarakat.
Daftar Pustaka
Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal
Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press.
Chaer,
Abdul. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Darquennes, Jeroen &
Vandenbussche, Wim. Language and religion as a sociolinguistic field of study:
some introductory notes. Sociolinguistica, International Yearbook of European
Sociolinguistics. 2012.
Wardhaugh, Ronald. 2006. An
Introduction to Sociolinguistics. Oxford: Blackwell Publishing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar