Minggu, 09 Juni 2013

Variasi Sosial Berdasarkan Pendidikan, Pekerjaan, Religi, dan Pranata Sosial



Variasi Sosial Berdasarkan Pendidikan, Pekerjaan, Religi, dan Pranata Sosial
By: Ulul Azmi

Dalam masyarakat, seseorang tidak lagi dipandang sebagai individu yang terpisah dengan yang lain. Melainkan anggota dari kelompok sosialnnya. Oleh sebab itu, bahasa dan pemakainan bahasanya tidak diamati secara individual, tetapi selalu dihubungkan dengan kegiatannya didalam  masyarakat. Dengan kata lain, bahasa tidak saja dipandang sebagai gejala individual, tetapi merupakan gejala sosial.
Sebagai gejala sosial, bahasa dan pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor linguisyik, tetapi juga oleh faktor nonlinguistik, yaitu faktor sosial dan faktor situational. Adapun faktor-faktor sosial dan faktor-faktor situasional yang mempengaruhi pemakaian bahasa, maka timbullah variasi bahasa. Variasi bahasa yaitu bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola-pola yang menyerupai pola umum bahasa induknya. Adapun wujud variasi bahasa itu dapat ditinjau dari bermacam-macam segi, antara lain: segi penutur, segi pemakaian, segi keformalan, dan segi sarana. Dalam hal ini, variasi sosial yang mempengaruhi variasi bahasa yang akan dibahas adalah dari segi pendidikan, pekerjaan, religi, dan pranata sosial.
1.        Pendidikan
Varisai sosial pengguna bahasa dapat ditinjau dari status sosial pendidikan yang mana merupakan salah satu bentuk dari status sosial yang keberadaannya terlihat jelas di masyarakat. Chaer & Agustina (2010:65) mengungkapkan bahwa perbedaan variasi bahasa berdasarkan pendidikan bukan hanya terlihat pada isi pembicaraan melainkan juga kosakata, pelafalan, morfologi, dan sintaksisnya.
2.        Pekerjaan
Variasi bahasa berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis profesi, pekerjaan dan tugas para pengguna bahasa tersebut. Tiap-tiap pekerjaan memiliki registernya masing-masing. Wardaugh (2006) mendeskripsikan register sebagai sebagia suatu set ‘language items’ yang berhubungan secara khusus dengan kelompok sosial atau kelompok pekerjaan (occupational) tertentu.
3.        Religi
Sejarah masuknya agama sebagai salah satu faktor penting dalam variasi bahasa dimulai Haugen dan Fishman, William Stewart dan Charles Ferguson antara tahun 60-80an dimana hasil penelitian mereka membeberkan hubungan antara agama dan bahasa. Stewart (1968: 541 dalam Darquennes dan Vandenbussche, 2011) bahkan menyusun daftar fungsi bahasa religious sebagai salah satu dari 10 fungsi bahasa. Salah satu karya yang menjadi kerangka hubungan bahasa dan agama adalah Concise encyclopedia of language and religion (2001 dalam Darquennes dan Vandenbussche, 2011) yang diedit oleh Swayer dan Simpson. Ensiklopedia ini terdiri dari 6 bagian pokok:
a.    Bahasa dalam konteks agama tertentu
Bagian ini terfokus pada fungsi bahasa dalam agama (agama tradisional Afrika, agama suku Aborigin Australia, Kristen, Buddha, Confucianisme, Islam, Judaisme, Quakerisme, Sikhisme, dll.
b.   Tulisan dan terjemahan yang disakralkan
Fokus bagian ini adalah pada teks sakral seperti Qur’an, Injil, Talmud, terjemahan teks-teks sakral tersebut serta temuan-temuan arkeologis yang berbentuk tulisan.
c.    Bahasa dan naskah religius
Bagian ini berkenaan dengan peran bahasa ternntu dalam memunculkan variasi dalam bahasa religi (Bahasa Latin Gereja, Bahasa Slavonic Gereja, Bahasa Yahudi Aramaic, Panjabi, dll.)
d.   Penggunaan bahasa-bahasa khusus
Bagian ini mencakup bahasa dalam konteks konteks tertentu seperti dzikir, pemujaan, mantra, glossolalia, meditasi, dll, juga dalam keseharian seperti menyebut pujian atau mengumpat.
e.    Keyakinan tentang bahasa
Bagian ini mencakup pembahasan filosofis dari bahasa religi dalam agama. Bagian ini juga membahas kepercayaan tentang kekuatan yang ada dalam nama-nama atau kata-kata tertentu.
f.     Agama dan penelitian bahasa
Bagian ini merangkum artikel-artikel yang berkenaan dengan kontribusi para peneliti yang memfokuskan kajiannya pada bahasa dalam konteks agama.
4.        Pranata sosial
Pranata sosial merupakan sistem norma dalam masyarakat yang bersifat resmi untuk mengatur tingkah laku guna memenuhi kebutuhan hidup. Pandangan yang berhubungan dengan variasi bahas dalam pranata sosial yaitu Hipotesis Sapir-Whorf. Hipotesis ini (melalui Cahyono, 1995:417) menyatakn bahwa penutur bahasa menggolongkan dunia menurut batasan yang telah digariskna oleh bahasa asli ynag dimilikinya. Namun, hipotesis ini tidak dapat diterima sepenuhnya karena ada banyak faktor yang harus dilihat pada pengguna bahasa. Faktor tersebut adalah lingkungan fisik, lingkungan sosial, lapisan masyarakat dan kasta, dan nilai-nilai sosial yang berpengaruh pada bahasa masyarakat.

Daftar Pustaka
Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press.
Chaer, Abdul. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Darquennes, Jeroen & Vandenbussche, Wim. Language and religion as a sociolinguistic field of study: some introductory notes. Sociolinguistica, International Yearbook of European Sociolinguistics. 2012.
Wardhaugh, Ronald. 2006. An Introduction to Sociolinguistics. Oxford: Blackwell Publishing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar