Minggu, 09 Juni 2013

Variasi Sosial Berdasarkan Status Sosial, Gender, dan Usia



Variasi Sosial Berdasarkan Status Sosial, Gender, dan Usia
By: Ulul Azmi

Manusia tidak dapat terlepas dari bahasa mengingat peran penting bahasa dalam berinteraksi dan berkomunikasi pada kehidupan manusia. Mengapa dapat dikatakan demikian? Karena manusia merupakan makhluk individu dan makluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia perlu berinteraksi dengan manusia lain. Dalam interaksi, manusia menggunakan bahasa agar dapat menyampaikan apa yang mereka maksudkan. Bahasa tersebut dapat dipergunakan untuk menyampaikan gagasan, ide, keinginan, perasan, atau pengalaman kepada orang lain.
Hal ini dapat dikatakan bahwa bahasa akan mempunyai variasi-variasi sesuai kelompok penuturnya. Variasi tersebut dikenal dengan ragam bahasa atau variasi bahasa. Variasi bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Variasi bahasa ini ada dua pandangan, variasi dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa dan keragaman fungsi bahasa. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Dalam hal ini akan dijelaskan variasi bahasa dari segi status sosial, gender, dan usia.
1.        Status Sosial
Variasi sosial pengguna bahasa yang pertama ditinjau dari segi status sosial. Jika kita membicarakan status sosial seseorang, tentu saja akan berkaitan dengan keberadaannya dalam suatu masyarakat. Oleh karena itu, perlu juga dipahami bahwa status sosial ini terdapat dalam kelas sosial. Sumarsono (2007: 43) menjelaskan bahwa kelas sosial (social class) mengacu pada golongan masyarakat yang mempunyai kesamaan tertentu dalam bidang kemasyarakatan seperti ekonomi, pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kasta, dan sebagainya.
Seorang individu mungkin memiliki status sosial yang lebih dari yang lain. Sebagai contoh, seseorang, sebut saja A, adalah seorang bapak di keluarganya, yang juga berstatus sosial sebagai guru. Jika dia guru di sekolah negeri, dia juga masuk ke dalam kelas pegawai negeri. Jika dia seorang sarjana, dia dapat masuk kelas sosial golongan “terdidik”.  Kita juga mengenal kelas pegawai, kelas buruh, kelas pedagang, kelas petani, dan sebagainya.
Begitu juga dengan Kasta. Kasta ini biasanya dianggap sebagai salah satu jenis kelas sosial. Akan tetapi, menurut Sumarsono (2007: 44), ada satu hal yang dapat membedakan kasta dari kelas sosial yang lain, yaitu pada kasta orang tidak boleh seenaknya bebas memasuki golongan. Orang yang dilahirkan dari keluarga kasta brahmana pasti dan harus menjadi anggota kasta itu. Orang yang lahir dari keluarga kasta sudra tidak boleh masuk menjadi anggota kasta brahmana. Lain halnya dengan kelas sosial, seorang buruh pabrik karena ketekunan dan usahanya mampu naik kariernya, menjadi manajer misalnya, sehingga dia akan menjadi anggota kelas manajer. Jadi dapat disimpulkan bahwa kasta bersifat tertutup, sedangkan kelas sosial lain bersifat terbuka yang memungkinkan adanya mobilitas sosial, yaitu berpindahnya seseorang dari kelas ke kelas.
2.        Gender
Variasi sosial pengguna bahasa selanjutnya adalah berdasarkan gender seseorang. Gender merupakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan sebab hal ini berkaitan dengan cara masyarakat untuk berkomunikasi. Wardhaugh (2006: 326-328) mengemukakan beberapa klaim yang berkaitan dengan gender dan variasi bahasa. Klaim yang pertama menyebutkan bahwa secara biologis laki-laki dan perempuan berbeda dan perbedaan ini memiliki konsekuensi yang serius pada gender. Perempuan biasanya memiliki karakter non-kompetitif dan mementingkan hubungan/relasi dengan orang lain. Di sisi lain, laki-laki cenderung mengutamakan kemandirian dan hubungannya dengan Tuhan (vertical relationship) daripada hubungannya dengan manusia (horizontal relationship).
Klaim kedua adalah bahwa organisasi sosial diasumsikan sebagai hubungan kekuatan (power relationship). Wardhaugh (2006: 327) menyampaikan bahwa tingkah laku bahasa menunjukkan dominasi laki-laki. Laki-laki menggunakan kekuatannya untuk mendominasi. Laki-laki mencoba mengambil kontrol, menginterupsi, memilah-milah topik, dan sebagainya. Sedangkan, perempuan cenderung memiliki jaringan sosial kurang dari yang dimiliki oleh laki-laki, namun perempuan memiliki sensitivitas lebih besar pada bentuk-bentuk bahasa, khususnya pada bentuk bahasa standar.
Klaim yang ketiga adalah bahwa laki-laki dan perempuan adalah makhluk sosial yang harus belajar untuk bertindak dengan cara tertentu. Wardhaugh (2006: 327) menjelaskan bahwa tingkah laku bahasa dipelajari dari tingkah laku. Laki-laki belajar untuk menjadi laki-laki dan perempuan belajar untuk menjadi perempuan, yaitu berbicara secara linguistik. Maltz dan Borker (1982) melalui Wardhaugh (2006: 327-328) memberikan sebuah contoh berkaitan dengan klaim ini yakni perermpuan menggunakan kata mhmm berarti “Saya mendengarkan,” di sisi lain mhmm yang diucapkan laki-laki mengandung arti “Saya setuju.” Sebagai konsekuensi, laki-laki menganggap bahwa perempuan selalu setuju dengan mereka dan mereka menyimpulkan bahwa adalah mustahil untuk memberitahu apa yang sedang dipikirkan oleh perempuan. Di sisi lain, perempuan bisa sampai marah disebabkan karena mereka menganggap bahwa laki-laki cenderung tidak pernah mau mendengarkan.
Berdasarkan contoh Maltz dan Borker di atas, dapat disimpulkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki aturan masing-masing dalam berkomunikasi dan pada komunikasi antar-gender aturan-aturan tersebut biasanya akan terjadi ketidaksepahaman.
3.        Usia
Usia merupakan variasi sosial  pengguna bahasa yang membedakan kelompok manusia. Dalam kelompok ini manusia dkelompokkan menjadi tiga, yakni kelompok kanak-kanak, kelompok remaja, dan kelompok dewasa.
a.     Kelompok anak-anak
Kanak-kanak adalah usia yang paling tepat untuk mengembangkan bahasa. Karena pada masa ini sering disebut masa “golden age” dimana anak sangat peka mendapatkan rangsangan-rangsangan baik yang berkaitan dengan aspek fisik motorik, intelektual, sosial, emosi maupun bahasa.
b.    Kelompok remaja
Masa remaja merupakan masa yang paling menarik dan paling mengesankan. Masa remaja identik dengan pencarian jati diri, petualangan, dan kenakalan. Ciri-ciri tersebut juga tercermin dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa yang hanya berlaku bagi kelompok mereka.
c.     Kelompok dewasa
Masa dewasa merupakan salah satu fase dalam rentang kehidupan individu setelah masa remaja, yang mana biasanya pada masa ini merupakan puncak pertumbuhan fisik yang prima, sehingga dapat dianggap sebagai usia yang tersehat dari populasi manusia secara keseluruhan. Pada masa ini individu mampu berpikir demokratis, bijaksana, dan bertanggungjawab.

Daftar Pustaka

Sumarsono. 2007. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda dan Pustaka Pelajar.
Wardhaugh, Ronald. 2006. An Introduction to Sociolinguistics. New York: Basil Blackwell Inc.

1 komentar:

  1. terima kasih atas infonya, alhamdulillah membantu dalam penulisan skripsi saya :)

    BalasHapus