Variasi Sosial Berdasarkan
Status Sosial, Gender, dan Usia
By: Ulul Azmi
Manusia tidak dapat terlepas
dari bahasa mengingat peran penting bahasa dalam berinteraksi dan berkomunikasi
pada kehidupan manusia. Mengapa dapat dikatakan demikian? Karena manusia merupakan makhluk individu dan makluk sosial.
Sebagai makhluk sosial manusia perlu berinteraksi dengan manusia lain. Dalam
interaksi, manusia menggunakan bahasa agar dapat menyampaikan apa yang mereka
maksudkan. Bahasa
tersebut dapat dipergunakan untuk menyampaikan gagasan, ide, keinginan,
perasan, atau pengalaman kepada orang lain.
Hal ini dapat dikatakan bahwa bahasa akan mempunyai variasi-variasi sesuai kelompok
penuturnya. Variasi tersebut dikenal dengan ragam bahasa atau variasi bahasa.
Variasi bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan
oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan disebabkan oleh para
penuturnya yang tidak homogen. Variasi bahasa ini ada dua pandangan, variasi dilihat
sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa dan keragaman fungsi
bahasa. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman
sosial dan keragaman fungsi bahasa. Dalam hal ini akan dijelaskan variasi
bahasa dari segi status sosial, gender, dan usia.
1.
Status
Sosial
Variasi sosial pengguna bahasa
yang pertama ditinjau dari segi status sosial. Jika kita membicarakan status
sosial seseorang, tentu saja akan berkaitan dengan keberadaannya dalam suatu
masyarakat. Oleh karena itu, perlu juga dipahami bahwa status sosial ini
terdapat dalam kelas sosial. Sumarsono (2007: 43) menjelaskan bahwa kelas
sosial (social class) mengacu pada
golongan masyarakat yang mempunyai kesamaan tertentu dalam bidang
kemasyarakatan seperti ekonomi, pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kasta, dan
sebagainya.
Seorang individu mungkin
memiliki status sosial yang lebih dari yang lain. Sebagai contoh, seseorang,
sebut saja A, adalah seorang bapak di keluarganya, yang juga berstatus sosial
sebagai guru. Jika dia guru di sekolah negeri, dia juga masuk ke dalam kelas
pegawai negeri. Jika dia seorang sarjana, dia dapat masuk kelas sosial golongan
“terdidik”. Kita juga mengenal kelas
pegawai, kelas buruh, kelas pedagang, kelas petani, dan sebagainya.
Begitu juga dengan Kasta. Kasta
ini biasanya dianggap sebagai salah satu jenis kelas sosial. Akan tetapi,
menurut Sumarsono (2007: 44), ada satu hal yang dapat membedakan kasta dari
kelas sosial yang lain, yaitu pada kasta orang tidak boleh seenaknya bebas
memasuki golongan. Orang yang dilahirkan dari keluarga kasta brahmana pasti dan
harus menjadi anggota kasta itu. Orang yang lahir dari keluarga kasta sudra
tidak boleh masuk menjadi anggota kasta brahmana. Lain halnya dengan kelas
sosial, seorang buruh pabrik karena ketekunan dan usahanya mampu naik
kariernya, menjadi manajer misalnya, sehingga dia akan menjadi anggota kelas
manajer. Jadi dapat disimpulkan bahwa kasta bersifat tertutup, sedangkan kelas
sosial lain bersifat terbuka yang memungkinkan adanya mobilitas sosial, yaitu
berpindahnya seseorang dari kelas ke kelas.
2.
Gender
Variasi sosial
pengguna bahasa selanjutnya adalah berdasarkan gender seseorang. Gender
merupakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan sebab hal ini berkaitan dengan
cara masyarakat untuk berkomunikasi. Wardhaugh (2006: 326-328) mengemukakan
beberapa klaim yang berkaitan dengan gender dan variasi bahasa. Klaim yang
pertama menyebutkan bahwa secara biologis laki-laki dan perempuan berbeda dan
perbedaan ini memiliki konsekuensi yang serius pada gender. Perempuan biasanya
memiliki karakter non-kompetitif dan mementingkan hubungan/relasi dengan orang
lain. Di sisi lain, laki-laki cenderung mengutamakan kemandirian dan
hubungannya dengan Tuhan (vertical
relationship) daripada hubungannya dengan manusia (horizontal relationship).
Klaim kedua adalah
bahwa organisasi sosial diasumsikan sebagai hubungan kekuatan (power relationship). Wardhaugh (2006:
327) menyampaikan bahwa tingkah laku bahasa menunjukkan dominasi laki-laki.
Laki-laki menggunakan kekuatannya untuk mendominasi. Laki-laki mencoba
mengambil kontrol, menginterupsi, memilah-milah topik, dan sebagainya.
Sedangkan, perempuan cenderung memiliki jaringan sosial kurang dari yang
dimiliki oleh laki-laki, namun perempuan memiliki sensitivitas lebih besar pada
bentuk-bentuk bahasa, khususnya pada bentuk bahasa standar.
Klaim yang ketiga
adalah bahwa laki-laki dan perempuan adalah makhluk sosial yang harus belajar
untuk bertindak dengan cara tertentu. Wardhaugh (2006: 327) menjelaskan bahwa
tingkah laku bahasa dipelajari dari tingkah laku. Laki-laki belajar untuk
menjadi laki-laki dan perempuan belajar untuk menjadi perempuan, yaitu
berbicara secara linguistik. Maltz dan Borker (1982) melalui Wardhaugh (2006:
327-328) memberikan sebuah contoh berkaitan dengan klaim ini yakni perermpuan
menggunakan kata mhmm berarti “Saya mendengarkan,” di sisi lain mhmm yang diucapkan laki-laki mengandung
arti “Saya setuju.” Sebagai konsekuensi, laki-laki menganggap bahwa perempuan
selalu setuju dengan mereka dan mereka menyimpulkan bahwa adalah mustahil untuk
memberitahu apa yang sedang dipikirkan oleh perempuan. Di sisi lain, perempuan
bisa sampai marah disebabkan karena mereka menganggap bahwa laki-laki cenderung
tidak pernah mau mendengarkan.
Berdasarkan contoh
Maltz dan Borker di atas, dapat disimpulkan bahwa laki-laki dan perempuan
memiliki aturan masing-masing dalam berkomunikasi dan pada komunikasi
antar-gender aturan-aturan tersebut biasanya akan terjadi ketidaksepahaman.
3.
Usia
Usia merupakan variasi sosial pengguna bahasa yang membedakan kelompok manusia.
Dalam kelompok ini manusia dkelompokkan menjadi tiga, yakni kelompok
kanak-kanak, kelompok remaja, dan kelompok dewasa.
a.
Kelompok
anak-anak
Kanak-kanak
adalah usia yang paling tepat untuk mengembangkan bahasa. Karena pada masa ini
sering disebut masa “golden age” dimana anak sangat peka mendapatkan
rangsangan-rangsangan baik yang berkaitan dengan aspek fisik motorik, intelektual,
sosial, emosi maupun bahasa.
b.
Kelompok
remaja
Masa
remaja merupakan masa yang paling menarik dan paling mengesankan. Masa remaja
identik dengan pencarian jati diri, petualangan, dan kenakalan. Ciri-ciri
tersebut juga tercermin dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok
eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa yang hanya berlaku bagi
kelompok mereka.
c.
Kelompok
dewasa
Masa dewasa merupakan
salah satu fase dalam rentang kehidupan individu setelah masa remaja, yang mana
biasanya pada masa ini merupakan puncak pertumbuhan fisik
yang prima, sehingga dapat dianggap sebagai usia yang tersehat dari populasi
manusia secara keseluruhan. Pada masa ini individu mampu berpikir
demokratis, bijaksana, dan bertanggungjawab.
Daftar Pustaka
Sumarsono. 2007. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda dan
Pustaka Pelajar.
Wardhaugh, Ronald. 2006. An Introduction to Sociolinguistics. New York: Basil Blackwell Inc.
terima kasih atas infonya, alhamdulillah membantu dalam penulisan skripsi saya :)
BalasHapus