Alih
Kode Dan Campur Kode
By:
Ulul Azmi
1.
Alih Kode
Pemilihan
tuturan oleh seorang penutur memungkinkan terjadinya alih kode (code
switching). Alih kode adalah peristiwa peralihan dari kode yang satu ke
kode yang lain. Jadi apabila seorang penutur mula-mula menggunakan kode A dan
kemudian beralih menggunakan kode B, maka peristiwa peralihan pemakaian bahasa
itu disebut alih kode (Suwito, 1985:68). Alih kode merupakan salah satu aspek
tentang saling ketergantungan bahasa di dalam masyarakat multilingual, yakni di
dalam masyarakat multilingual hampir tidak mungkin seorang penutur menggunakan
satu bahasa secara mutlak murni tanpa sedikit pun memanfaatkan bahasa atau
unsur bahasa lain. Dalam
alih kode masing-masing bahasa masih cenderung mendukung fungsi masing-masing dan masing-masing
fungsi sesuai dengan konteksnya.
Nababan (1984: 31)
menyatakan bahwa konsep alih kode ini mencakup juga kejadian pada waktu kita
beralih dari satu ragam bahasa yang satu, misalnya ragam formal ke ragam lain,
misalnya penggunaan kromo inggil (bahasa jawa) ke tutur yang lebih rendah,
misalnya, bahasa ngoko, dan sebagainya. Kridalaksana (1982: 7) mengemukakan
bahwa penggunaan variasi bahasa lain untuk menyesuaikan diri dengan peran atau
situasi lain, atau karena adanya partisipasi lain disebut alih kode. Hal ini dapat disimpulkan bahwa alih kode merupakan gejala peralihan
pemakaian bahasa karena perubahan peran
dan situasi. Alih kode menunjukkan adanya saling ketergantungan antara fungsi
kontekstual dan situasional yang relevan dalam pemakaian dua bahasa atau lebih.
2.
Campur Kode
Di
samping alih kode, aspek lain yang disebabkan oleh adanya saling ketergantungan
bahasa adalah campur kode (code mixing). Nababan (1984:32) mengatakan campur
kode yaitu suatu keadaan berbahasa ialah
bilamana orang mencampur dua (atau lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam suatu
tindak tutur. Dalam
campur kode penutur menyelipkan unsur-unsur bahasa lain ketika sedang memakai
bahasa tertentu. Sebagai contoh si A berbahasa Indonesia dan berkata “sistem operasi komputer ini
sangat lambat”. Dari sini terlihat si A banyak menggunakan kata-kata asing yang
dicampurkan kedalam bahasa Indonesia. Lebih lanjut Sumarsono (2004:202)
menjelaskan kata-kata yang sudah mengalami proses adaptasi dalam suatu bahasa
bukan lagi kata-kata yang mengalami gejala interfensi, bukan pula alih kode,
apalagi campur kode. Akan berbeda jika penutur secara sadar atau sengaja menggunakan
unsur bahasa lain ketika sedang berbicara dalam suatu bahasa. Peristiwa inilah
yang kemudian disebut dengan campur kode. Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa campur kode merupakan penggunaan dua bahasa dalam satu
kalimat atau tindak tutur secara sadar.
Daftar
Pustaka
Kridalaksana,
Harimurti. 1982. Pengantar
Sosiolinguistik. Baandung : Angkasa
Nababan,
P.W.J. 1986. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia.
Sumarsono
dan Paina Partana. 2004. Sosiolinguistik.
Yogyakarta : Sabda
Suwito. 1985. Sosiolinguistik
Pengantar Awal. Surakarta: Henary offset.
Iron Mastering, Titanium Stud Earrings - Etche
BalasHapusShop for titanium pan Iron Mastering, Titanium Stud Earrings at titanium 4000 Etche. Find quality jewelry, accessories & titanium legs more titanium spork at the Etche citizen titanium dive watch store.